RAMLI, SI RAJA CHATING!!

Posted in Uncategorized on Agustus 13, 2008 by adelwaise

Kenal dengan Ramli? Yang suka chatting mungkin kenal banget, karena konon Ramli ini adalah si Raja Chatting. Sahabat sejatinya adalah sebuah komputer, tempat ia tiap hari online dari malam sampe’ pagi, bahkan konon lupa mandi ama gosok gigi, pokoknya udah kaya’ orang semedi.

Nah, suatu hari pas chatting, Ramli ‘buzz-buzz’-an ama Putri, kenalan, eh… akhirnya Ramli bilang wo ai ni. Tambah girang, karena dijanjiin dikirimin foto via DCC, Ramlipun senyum, tertawa, ha ha ha … hi hi hi … Ramli gembira, hatinya berseri-seri. Namun, waktu nerima photo, blep…, listriknya mati. Yaa… kesian banget si Ramli, ihik…ihik…

Akhirnya mereka janji ketemuan. Ramli duduk menanti, tak lama Putri pun datang menepati janji. Ramli terpana, mulutnya menganga, karena ternyata si Putri itu adalah kekasih Ramli. Ramli si Raja Chatting tertipu, namun ia tak jera, malam ini Ramli chatting lagi. Ih… gak kapok ya si Ramli!

Hmm…di era yang serba komputer seperti saat ini, chatting bisa sebagai sarana komunikasi. Bisa nulis untaian kata indah plus menyentuh hati kepada lawan jenis, rayuan biasa, rayuan pulau kelapa, hingga rayuan gombal, glek !!! Demikian canggihnya, sampe bisa kirim-kiriman photo, teleconference, webcam, dll, namun chatting bisa juga sebagai sarana silaturahim dan saling memberikan tausyiah.

Emang kalo gak mau dikatakan ‘gatek’, kudu gaul, ikut perkembangan teknologi. Kalo diajak ngomong masalah teknologi, kudu nyambung, daripada dibilang kuper. Namun, waspada juga, karena kadang tanpa disadari norma-norma pergaulan bisa sedikit demi sedikit bergeser. Yang dulunya menundukkan pandangan kalau berbicara langsung, kini ha ha ha … hi hi hi … di ajang chatting, meski satu sama lain belum kenal.

Akhirnya, lambat laun hari-hari para netters itu seperti Ramli, si Raja Chatting. Kagak peduli mandi boro-boro gosok gigi, tiap hari cuma didepan layar komputer untuk tebar pesona, kata-kata mesra, kasih sayang dan janji untuk merenda masa depan bersama. Amboi… uendah nian!!!

Bohong-bohongan tentang data pribadi pun jadi lumrah, karena itu Ramli gak tau kalo Putri itu sebenarnya kekasihnya sendiri. Uups!!! Bukan membolehkan ‘kasih-kasih’-an lho, maksudnya dalam dunia chatting, gak ada siapapun bisa menjamin dengan siapa sebenarnya ia ber-chatting ria.

Secara fisik, chatting memang tidak membuat 2 orang yang bukan mahram menjadi berduaan/khalwat. Karena patokan ini, dikhawatirkan di kalangan remaja Muslim ada yang berpendapat, “Boleh aja kan chatting, lebih aman, daripada ketemu langsung dengan resiko berkhalwat!” Apa iya sih?

Dalam chatting, zahirnya emang tidak ada hal-hal yang dilanggar dalam hubungan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram. Namun gak cukup hanya itu aja kan, karena kita juga harus melihat kecenderungan umum yang terjadi, lalu juga liat gimana dampak psikologisnya. Bukankah kesempatan chatting itu juga bisa memberikan kesempatan untuk berbicara yang sifatnya pribadi? Bahkan, bisa tambah parah kalau udah masuk ke hal-hal yang kurang etis, ‘parno’ dan hal-hal negatif yang lain. Topik yang tidak mungkin dibicarakan secara verbal dengan bertatap muka, justru lebih leluasa dilakukan dengan chatting.

Jadi permasalahannya, apakah chatting itu secara umum melahirkan hal-hal yang lebih jauh atau tidak? Misalnya, copy darat seperti Ramli dan Putri? Juga apakah dialog itu menjurus ke hal-hal ‘parno’ atau tidak sesuai dengan norma-norma Islam? Kalo menjamin tidak melanggar syariat Islam, gak ada masalah kok. Tapi, bisa menjamin gak? Karena meski secara fisik tidak terjadi khalwat, secara psikologis bisa lebih jauh dan lebih kuat.

Nah… karena itu kita butuh kiat-kiat gimana sih ‘chatting yang sehat’.

  1. Yakinkan diri dan hati ini, kalo chatting itu bisa sebagai sarana dakwah, saling mentausyiah, bukan untuk menebar kata-kata mesra nan cinta. Memulai dengan satu kata cinta, bisa menggoda jutaan kata cinta lainnya muncul lho. Katanya sih ‘temen’ kok ya jadi ‘demen’, glek!!!
  2. Kadang dari hati ini bisa muncul hasrat yang cenderung pada nafsu, karena itu jaga sikap dan kata-kata untuk tidak merusak dan menghilangkan tujuan dari ta’aruf dan ukhuwah itu sendiri. Ta’aruf itu sendiri kan untuk saling mengenal, demikian juga ukhuwah, bisa nambah saudara. Lha, kalo belon apa-apa kata-katanya udah ngajak ‘perang’, wah… bisa-bisa yang muncul di monitor adalah ‘kata-kata aneh bin ajaib’.
  3. Jangan terjebak pada permainan kata-kata, katanya sih mau ngasih perhatian, tapi kok berlebihan, kaya’ suami istri aja. Kata-kata manisnya, “Jangan lupa makan ya, ntar sakit lho, kan jadi gak bisa chatting lagi!”, atau “Duh… kamu pasti manis deh, keliatan dari tulisannya” atau juga “Kalo udah mau tidur, sebut namaku dalam hatimu ya, dan mimpikan diriku, bla…bla…bla…” Gedubrak!!! Kudu ati-ati nih kalo nemu netters kaya’ ginian. Lha, ketikan di layar monitor dimana-mana kan sama aja, gimana bisa tau yang nulis manis! Lagian kalau mau tidur kok nyebut nama si doi, gak diajar tuh ama Rasulullah SAW.
  4. Jujur dong kalau ditanyakan data pribadinya, karena kalau sesuatu udah dimulai dengan kebohongan atau sesuatu yang tidak baik, gimana bisa menjamin proses selanjutnya? Inget lho, biasanya orang kalau udah dibohongi sekali aja, gak bakalan kudu percaya lagi. Kata orang Jepang, shinjirarenai!!!
  5. Kalo emang hal ini berat, gak bisa jamin gak terjadi zina hati, sebaiknya hindari deh chatting dengan lawan jenis, kecuali dengan suami atau istri sendiri, curhat gak mesti dengan lawan jenis kan? Kalo maksa juga harus curhat dengan lawan jenis dengan resiko gak bisa jaga hati, solusinya kudu cepet nikah, jadinya chatting dengan pasangan sendiri, insya Allah 100% halal!!!
  6. Chatting itu kan hanya sebuah alat, karena itu maslahat atau mudharatnya tergantung ke kita-kita juga, mau cari kebaikan atau sebaliknya. Kalau untuk kebaikan, insya Allah memperoleh pahala, demikian juga sebaliknya.

Selamat ber-chatting ria, jadikan chatting sebagai sarana kita untuk menuai pahala di dunia maya, saling mentausyiah dan beramal baik, insya Allah ridho Allah SWT akan tercurah. Dan jangan lupa mandi dan gosok gigi ya 🙂

Wallahu a’lam bishshawab.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

Abu Aufa

Thanks to dudung.net

Tower Blaster

Posted in Uncategorized on Juli 24, 2008 by adelwaise
enjoy guys!!

[clearspring_widget title=”Tower Blaster” wid=”471529a22ff8eb55″ pid=”4887c8986f621c3a” width=”554″ height=”424″ domain=”widgets.clearspring.com”]

Astagfirullah!!!!

Posted in muhasabah on Juli 17, 2008 by adelwaise

Astagfirullahal’adzim…mungkin kata itu yang terlontar dari diriku ketika masalah menderaku bertubi-tubi. AKu sadari bahwa setiap manusia tak akan lepas dari berbagai macam problema kehidupan, tak akan bisa lepas dari berbagai permasalahan, dan aku pun sadar bahwa masalah akan membuat seseorang lebih dewasa dalam mengarungi hidup yang penuh cobaan. Aku berusaha beristigfar saat hatiku mulai seraya berkata, “ya..Allah, tega benar kau memberikan cobaan ini kepadaku. Ini tidak adil ya Allah!!”.

Hatiku goyah, walau aku sadari permasalahan yang aku hadapi mungkin tak seberapa dibandingkan orang lain, atau mungkin cobaan yang menimpaku saat ini masih ada ditingkat dasar dan ada yang lebih berat. Sesungguhnya Allah maha adil, dan Dia pasti memberikan cobaan kepada hambanya sesuai kapasitasnya serta tidak akan melampaui kekuatan dari sang hamba.

Aku terus berusaha besabar dalam kegundahan, aku tidak tahu akan apa yang terjadi nanti (wallahu’alam bishoab). Bertawakal dan terus berdoa dengan istiqomah, mungkin itu cara yang terbaik untuk mengobati segala kegundahan ini.

Ya Allah hamba sadar, dibalik semua yang kau buat selalu ada rahasia yang tak hamba ketahui. Kau Penguasa langit dan bumi, hanya kepadaMu hamba beserah diri dari segala hal yang menimpa hamba. Tetapkan hati hamba agar tetap istiqomah dijalanMu ya Rabbul izzati. Tuntun dan bimbinglah hamba di jalan yang lurus. Amin ya rabbal ‘alamin.

Ujian..Ujian…Oooooh Ujian…

Posted in sharing with tags on Juli 7, 2008 by adelwaise

Pren, gue buka tulisan  ini dengan satu pertanyaan: berapa banyak orang yang pernah atau sedang bersekolah, belum pernah mengalami ujian? Kalau ada, raise your hand please! Nggak ada kan? Apapun bentuknya, apapun namanya, mau itu test, quiz, ulangan, just name it, we’ve all been there.

Kadang kalo lagi beruntung kita dapet 100, kalo lagi apes kita bisa dapet 0 (kebetulan gue belum pernah ngerasain dua-duanya, mentok-mentoknya berkisar dari 10-90),Itu kalo di sekolah. Dalam hidup kita mengalami lebih banyak ujian lagi. Hanya saja pembuat soalnya bukan guru dan penilaiannya juga tidak mutlak. Yang sama hanya satu, yaitu penentu kelulusan adalah diri kita sendiri.


Apa sih sebenernya esensi dari ujian di sekolah? Sebagai patokan atas seberapa banyak hal-hal yang kita kuasai selama ini kan? Atau seberapa mendalam kita menguasai suatu materi, bener gak? Gue rasa, ujian dalam hidup juga nggak jauh beda dari itu. Soal-soal yang diberikan sebenernya sudah pernah diajarkan pada kita, cuma kitanya sering amnesia (atau emang bego?) sehingga kita jadi nggak bisa menjawab berbagai ujian yang diberikan pada kita.

Gue kasih contoh aja yang paling gampang, diri gue sendiri. Satu kelemahan gue yang sangat gue sadari adalah gue sangat lamban untuk belajar. Banyak persoalan yang gue hadapi sebenarnya merupakan pengulangan dari berbagai masalah di masa lalu, hanya saja dengan packaging yang berbeda dan beberapa modifikasi di sana-sini. Tetap aja, gue nggak pernah bisa menyelesaikan ujian itu dengan baik. Kalau boleh diibaratkan, dalam test I gue dapet nilai 65, test II nilainya naik jadi 85, test III drop lagi jadi 75, padahal dengan soal yang sama! Orang bilang sebebal-bebalnya keledai, dia tak akan membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, tapi kalo berkaca dari kasus gue, gue bilang manusia lebih bebal dari keledai karena bisa aja dia membuat kesalahan yang sama untuk keseribu kalinya.

Sometimes gue berpikir, kapan yah semua ujian dalam hidup ini selesai? Kapan yah gue bisa dinyatakan lulus? Lebih dari sekali gue merasa capek. That’s it! I can’t take it no more.

Pren, justru disitu letak keindahannya. Dalam hidup memang berbagai ujian datang dan pergi, tapi tidak pernah ada harga mati untuk setiap ujian yang kita jalani. Nggak seperti UAS, bagaimanapun hasil yang kita dapatkan, kita sendirilah yang menentukan nilainya. Ujian yang kita hadapi mungkin bernilai 0 saat ini, namun bisa jadi bahan pembelajaran kita untuk masa yang akan datang. Sama seperti siswa sekolah yang harus terus belajar untuk jadi pintar, kita juga tambah bijaksana dengan mengalami berbagai hal dan menempuh berbagai ujian hidup, karena baru dengan cara seperti itu kita bisa terus belajar. Dulu saat gue mengalami berbagai cobaan hidup, gue biasa mengeluh dan mencoba menghindar. Sekarang gue belajar untuk mensyukuri semua itu karena dengan cara itu gue disadarkan oleh Allah SWT kalau masih banyak hal yang harus gue pelajari dalam hidup.


Hidup adalah sebuah proses pembelajaran yang panjang. Nggak usah dijadikan beban, nikmati aja karena in the end kita akan menyadari kalau hidup itu sungguh indah. So, kapan kita dinyatakan lulus dari semua ujian hidup yang telah kita hadapi? Kalau waktu kita di dunia ini sudah habis tentunya…

For my dearest friend, yes, you know who I’m talking to, life is harsh yet be strong and just keep trying. Never let failures seize your dreams.